Oleh karena, seiring maraknya perusahaan sekuritas yang mengeluarkan fasilitas online trading, pihak Bursa Efek Indonesia menyatakan dukungannya kepada semua anggota bursa untuk memberikan fasilitas berupa trading online, kendatipun bukan menjadi kewajiban.
Dari data BEI diketahui bahwa sudah lebih dari 50% atau sudah ada 70 sekuritas yang sudah memiliki fasilitas online trading dari 114 sekuritas yang ada. Pasalnya, untuk system remote trading memang sudah merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan efek. Namun online trading ini agak berbeda, ini adalah fasilitas tambahan yang diberikan anggota bursa kepada para nasabahnya untuk melakukan transaksi perdagangan melalui platform online yang dijalankan oleh internet.
Tingkatkan Investor
Dari berbagai kesempatan pimpinan BEI selalu mengungkapkan dukungannya atas pemakaian OLT dalam menjalankan transaksi jual beli saham di BEI, karena melalui system perdagangan ini akan lebih banyak lagi dapat dijangkau nasabah-nasabah baru, terutama dari kalangan mahasiswa dan juga kalangan masyarakat yang berminat masuk tetapi ingin mencobanya dalam jumlah modal yang kecil dulu. Pada umumnya perusahaan menetapkan jumlah setoran dana awal yang lebih kecil kepada nasabah yang menggunanakan OLT dibandingan nasabah konvensional. Lebih jauh lagi, melalui OLT maka semakin banyak dapat dijangkau calon nasabah dari kalangan masyarakat Indonesia, dengan kata lain nasabah domestic akan semakin bertambah banyak. Ini adalah salah satu tujuan BEI. Keuntungan dari jual beli saham Indonesia biarlah lebih banyak lagi dinikmati oleh orang Indonesia sendiri.
Dalam data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah sub account yang terdafar per Agustus 2012 sebanyak 337.881 nasabah, jumlah ini tentu sangat kecil sekali dibanding jumlah penduduk Indonesia perkotaan dan yang sudah menikmati pendidikan cukup.
Hari Rabu, 10 April ’13 Direktur Utama BEI dalam siaran persnya mengatakan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku fasilitas perdagangan saham melalui internet (online trading/OLT) oleh perusahaan efek membuat jumlah investor domestik terus meningkat. Dalam enam tahun terakhir, frekuensi transaksi di pasar modal domestik terus meningkat lebih dari delapan kali lipat.
Ito Warsito, mengatakan saat ini frekuensi rata-rata transaksi perdagangan saham di bursa saham Indonesia sudah mencapai 160 ribu transaksi per hari. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan di tahun 2006 yang hanya 20 ribu transaksi per hari.
Lanjut Ito, minat masyarakat untuk mempelajari pasar modal terus mengalami peningkatan. Alhasil jumlah sub rekening efek yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terus naik menjadi 370.786 sub rekening di periode akhir Maret 2013. Terlihat peningkatan sebanyak 32.905 sub rekening selama 7 bulan terakhir, rata-rata ada tambahan sekitar 4.700 sub rekening baru setiap bulannya.
Salah satu strategi yang perlu diambil oleh pihak otoritas bursa dalam usaha meningkatkan jumlah nasabah saham di Indonesia adalah membuka seluas-luasnya peluang bagi setiap investor terutama investor-investor baru untuk dengan mudah melakukan transaksi jual beli saham melalui platform online. Transaksi dapat dilakukan dimana saja selama jam buka bursa, tidak harus berada dikantor perusahaan sekuritas, dan tidak perlu memakai telepon.
Pada Januari 2009 PT. eTrading securities meluncurkan sistem aplikasi terbaru yang lebih cepat dan lebih stabil dari sistem aplikasi HOTS sebelumnya dalam melakukan transaksi beli dan jual saham, yang dinamakan dengan (Home Online Trading System) HOTS ver 2.0 atau lebih dikenal dengan nama IPOT.
Sampai dengan akhir tahun ini tercatat ada 5 anggota bursa(AB) yang akan meluncurkan OLT dari 31 AB yang sedang mempersiapkan diri untuk menyediakan OLT bagi nasabah mereka. Sampai saat ini sudah ada sekitar 70 AB yang sudah menggunakan online trading atau sekitar 50% dari seluruh AB yang terdaftar di BEI.
Online Trading akan menjadi sangat penting dalam meningkatkan jumlah nasabah lokal yang kedepannya akan menjadi basis yang kuat bagi Bursa Efek Indonesia sehingga tidak mudah dipengaruhi sentimen negatif dari pihak luar.
Peranan ISP ( Internet Service Provider)
Industri penyedia jasa internet di Indonesia tumbuh sekitar 15% - 25% atau kalau dilihat dari penghasilan yang diperoleh, maka mencapai hingga Rp. 190 T pada tahun 2012.
Sementara konten yang semakin beragam seperti video, gambar dan “live streaming” juga menjadi penggerak peningkatan kebutuhan internet. Platform online trading yang dipakai oleh perusahaan sekuritas memanfaatkan internet untuk mengirimkan data cepat dan terkini ( live streaming). Diperikirakan ada 55 juta pengguna internet di Indonesia. Untuk jumlah yang sebesar itu diperlukan dibutuhkan minimal 512Mbps. Jumlah pengguna internet akan semakin bertambah dengan cepat, hal ini tentu memacu para penyedia jasa internet (ISP) untuk terus memperluas jaringan bisnisnya dengan terus menerus melakukan inovasi.
0 komentar:
Posting Komentar