Cushman & Wakefield Indonesia, lembaga konsultan properti dunia memandang, lahan di DKI sudah sangat terbatas untuk dipaksakan mengembangkan rumah tapak (landed house).
"Ke depan harus dibikin vertikal. Kapan kita mau punya daerah terbuka?. Kalau dikembangkan ke atas lahannya tidak akan habis sementara di Singapura itu vertikal," ujar Handa Sulaiman, Executive Director Cushman & Wakefield di Jakarta, Selasa (16/04/2013).
Menurutnya, konsep dan rancangan pengembangan properti di DKI Jakarta harus berkonsep apartemen atau rumah susun yang terintegrasi dengan perkantoran dan fasilitas lainnya.
"Dengan konsep hunian vertikal di DKI ini, pengembangan infrastruktur jalan dan ruang terbuka hijau bisa dimaksimalkan seperti yang terjadi di Singapura," sambungnya.
Mengenai ide dan rencana Gubernur DKI Jakarta, Jokowi untuk merelokasi perkampungan di DKI dengan jalan menyediakan ratusan tower apartemen atau rusun subsidi, Handa menyambut baik.
"Bikin 300 unit itu bagus sekali, nanti bisa dikembangin untuk jalan-jalan dan lahan hijau. Air jangan ambil dari tanah tapi ambil air sungai yang dibersihkan," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, secara budaya, masyarakat Indonesia akan terbiasa untuk tinggal di hunian vertikal meskipun ada penyesuaian waktu yang terbilang tidak lama.
Namun, konsep properti hunirtian vekal lanjutnya, harus terintegrasi dengan fasilitas publik, pusat perkantoran, bisnis dan fasilitas lainnya.
Handa menjelaskan, pada beberapa lokasi di DKI, telah ada konsep hunian terpadu. "Clustering di Jakarta cukup baik. Ada perumahan dan kantor. Di Marina Bay (Singapura), dulu ada kantor saja sekarang sudah ada perumahan," katanya.
"Ya supaya tidak seperti kota mati dan kondisi tersebut justru lebih sehat," tambahnya
0 komentar:
Posting Komentar