Dalam minggu ini dua Menteri mengajak 15 BUMN ke Myanmar untuk ekspansi usahanya. BUMN tersebut antara lain: PT Timah Tbk (TINS), PT Pertamina, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Antam Tbk (ANTM), PT Pupuk Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT PLN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Telkom Tbk (TLKM), Perum Bulog, PT Dirgantara Indonesia, PT INTI, PT Indofarma Tbk (INAF), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Bahkan tiga perusahaan milik negara PT Wijaya Karya (Wika), PT Timah, dan PT Semen Indonesia sudah memperoleh izin operasional di Myanmar, sehingga perusahaan itu siap melanjutkan ekspansi bisnis di negara itu.
Ekspansi BUMN ke negara luar merupakan sebuah keharusan untuk menunjukkan daya saing Indonesia dan juga meraih untung terhadap peluang – peluang yang ada di negara tersebut. Rencana ekspansi ke Myanmar sendiri memiliki banyak peluang dimana negara ini punya beberapa keunggulan di bidang pertanian, telekomunikasi, energi, perdagangan dan investasi. Karenanya, BUMN harus bekerja keras untuk meraih peluang tersebut.
Myanmar tengah membuka investasi pasca terpilihnya Thein Sein menjadi presiden pada 2011 silam. Setelah ekonomi mulai terbuka, dengan potensi sumber daya alam, kelautan, dan pertanian yang banyak, Myanmar mulai dilirik investor dari berbagai negara termasuk Indonesia. Potensi pasar Myanmar yang besar menjadi daya tarik bagi investor asing untuk membuka bisnis. Banyak negara yang mulai menjajaki mengeksploitasi pasar yang baru saja dibuka setelah sekian lama terisolasi dari perekonomian global.
Beberapa proyek investasi yang akan dikerjakan BUMN ke Myanmar:
PT Telekomunikasi Indonesia, akan bekerja sama dengan perusahaan listrik Myanmar untuk menurunkan tingkat loses listrik di negara itu. PT Semen Indonesia membangun pabrik semen untuk juga didistribusikan ke Vietnam. PT Timah akan membangun tambang timah di area konsesi lahan 10.000 hektare. PT GMF menawarkan jasa perawatan pesawat-pesawat milik perusahaan penerbangan di Myanmar. PT Bukit Asam berinvestasi membangun pembangkit PLTU mulut tambang 2X20 MW dengan investasi sekitar 80 juta dolar AS. PT Telkom saat ini sedang menunggu tender lisensi menjadi operator seluler di Myanmar. Perum Bulog, akan bekerja sama dengan Myanmar untuk mengimpor komoditi beras terutama beras yang khusus.
Beberapa sektor pertumbuhan yang nyata saat ini seperti manufaktur, konstruksi, dan energi di Myanmar diperkirakan bisa meraih pertumbuhan hingga 7,5% sementara sektor perdagangan dan jasa bisa meningkat sebesar 7,1%. Namun, sektor agrikultur kemungkinan melemah dengan angka pertumbuhan hanya sekitar 4,5%. Padahal, lebih dari 66% penduduk Myanmar menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.
Selain Myanmar juga ada negara-negara lain yang sudah didatangi BUMN. Seperti PT Pertamina merupakan salah satu BUMN yang terlihat aktif berekspansi ke luar negeri dan dalam waktu dekat ini saja BUMN migas itu berniat untuk membeli 32 persen saham Petrodelta S.A, Venezuela milik Harvest Natural Resources. Pertamina juga tengah mengincar ladang minyak di Aljazair dan Irak.
Mengikuti jejak Pertamina,di sektor telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), juga berambisi menguasai jaringan telekomunikasi di Asia. Saat ini saja Telkom telah memiliki anak perusahaan di Singapura dan Hong Kong dengan bendera PT Telkom Indonesia Internasional (Telin).
Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) dan terbesar kedua di Asia setelah Cina, Indonesia memang harus mulai melakukan ekspansi. Juga sebagai persiapan menyosong ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015 nanti.
Bisakah BUMN Ekspansi Ke Luar Negeri?
“Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebutkan bahwa BUMN mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. BUMN juga berfungsi sebagai pengelola Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia, sosial dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan pendapatan negara.
Penulis berpendapat jika BUMN ingin melebarkan sayapnya ke luar negeri maka harus memenuhi fungsinya di dalam negeri. Dan jika poin-poin di atas sudah bisa dipenuhi maka tidak alasan BUMN melakukan ekspansi keluar negeri. Apalagi, dengan go international dapat meningkatkan daya saing BUMN dan produk-produk Indonesia akan semakin dikenal di luar negeri dan mengurangi tekanan impor.
BUMN yang go Internasional harus benar-benar siap, dan dari data yang didapat dari anggota DPR di Komisi VI, saat ini hanya ada lima perusahaan yang siap go international, sisanya belum siap. Ke 5 BUMN ini yaitu Garuda, Bank Mandiri, Telkom dan beberapa BUMN konstruksi.
Lalu bagaimana dengan 15 BUMN yang akan ekspansi ke Myanmar ini ! Siapkah Mereka ?
PT Timah yang sudah lebih dulu ekspansi ke Myanmar saja, sebelumnya mendapat penolakan – penolakan baik dari wakil rakyat juga pemerintah daerah setempat.
Pasalnya di tengah melorotnya produksi dan keuntungan yang diperoleh, rencana untuk ekspansi dinilai sebagai rencana yang tak realistis.
Bagaimana menurut pembaca ? Sudah siapkah BUMN diatas untuk go Internasional ?
0 komentar:
Posting Komentar