( Commodity) – Dalam sebulan terakhir, komoditas pangan seperti jagung dan kedelai cukup menjadi salah satu fokus utama bagi para investor global. Kedua komoditas tersebut sejak awal perdagangan awal tahun sampai dengan perdagangan pertengahan bulan Maret ini menunjukan level penguatan. Secara tren, pergerakan harga kedua komoditas tersebut telah mengalami penguatan sebesar 2-3%, atau mengalahkan prediksi diawal tahun dimana pada kuartal pertama tahun ini harga komoditas global akan tertekan seiring dengan perlambatan ekonomi global dan juga prospek penurunan permintaan dari negara-negara importir. Namun seiring dengan berjalannya pasar, faktor fundamental diluar sentimen ekonomi global justru menjadi indikator penguatan harga jagung dan kedelai.
Seperti kita bisa lihat chart dibawah ini, harga jagung dan kedelai sampai dengan perdagangan pertengahan bulan Maret ini bercokol di level 7,262 dollar per bushel dan kedelai berada di level 14,042 dollar per bushel. Pada chart tersebut kita juga dapat melihat bahwa secara tren pergerakan jagung dan kedelai telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan meski pada kuartal pertama tahun ini sempat juga beberapa kali menyentuh level tertinggi sebelumnya. Untuk melihat faktor-faktor fundamental apa saja yang mempengaruhi pergerakan harga jagung dan kedelai, mari kita simak penjelasannya dibawah ini :
Faktor Buruknya Cuaca
Seperti biasanya, faktor cuaca sangat menjadi pengaruh utama bagi harga komoditas global. Tak terkecuali pada jagung dan kedelai. Bulan Januari lalu merupakan bulan dimana kondisi cuaca di beberapa negara produsen jagung dan kedelai seperti Amerika Serikat, Brasil dan Argentina dilanda cuaca yang tidak “bersahabat” dengan para petani. Tingginya curah hujan secara serentak melanda ketiga negara tersebut. Bahkan di Brasil dan Argentina yang merupakan salah satu penghasil kedelai terbesar di dunia terpaksa menunda panen jagung dan kedelai yang direncanakan akan dilaksanakan akhir bulan Januari dan harus diundur ke awal bulan Februari. Alhasil akibat pengunduran tersebut, produksi jagung dan kedelai pada periode pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 4-5%.
Seperti kita bisa lihat chart dibawah ini, harga jagung dan kedelai sampai dengan perdagangan pertengahan bulan Maret ini bercokol di level 7,262 dollar per bushel dan kedelai berada di level 14,042 dollar per bushel. Pada chart tersebut kita juga dapat melihat bahwa secara tren pergerakan jagung dan kedelai telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan meski pada kuartal pertama tahun ini sempat juga beberapa kali menyentuh level tertinggi sebelumnya. Untuk melihat faktor-faktor fundamental apa saja yang mempengaruhi pergerakan harga jagung dan kedelai, mari kita simak penjelasannya dibawah ini :
Faktor Buruknya Cuaca
Seperti biasanya, faktor cuaca sangat menjadi pengaruh utama bagi harga komoditas global. Tak terkecuali pada jagung dan kedelai. Bulan Januari lalu merupakan bulan dimana kondisi cuaca di beberapa negara produsen jagung dan kedelai seperti Amerika Serikat, Brasil dan Argentina dilanda cuaca yang tidak “bersahabat” dengan para petani. Tingginya curah hujan secara serentak melanda ketiga negara tersebut. Bahkan di Brasil dan Argentina yang merupakan salah satu penghasil kedelai terbesar di dunia terpaksa menunda panen jagung dan kedelai yang direncanakan akan dilaksanakan akhir bulan Januari dan harus diundur ke awal bulan Februari. Alhasil akibat pengunduran tersebut, produksi jagung dan kedelai pada periode pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 4-5%.
PERGERAKAN JAGUNG
Seiring dengan kondisi tersebut, pergerakan harga jagung dan kedelai di pekan ketiga dan pekan keempat mengalami peningkatan. Namun kondisi yang berbeda justru terjadi di AS dimana dampak dari tingginya curah hujan yang terjadi justru diluar dugaan tidak berpengaruh kepada produksi jagung di negara tersebut. Bahkan produksi jagung AS berdasarkan panen di awal bulan Februari mengalami kenaikan sebesar 5,9%. Kondisi inilah yang membuat harga jagung dan kedelai mengalami konsolidasi. Imbas naiknya hasil panen jagung membawa surplus persediaan jagung di negara tersebut sebesar 83,5 juta metric ton. Oleh karena itu, dampak dari naiknya hasil panen jagung di AS membuat harga jagung melemah di pekan kedua Februari.
Terganggunya Pasokan dari Brasil
Selain cuaca, satu hal yang cukup menjadi fokus tersendiri bagi harga jagung dan kedelai ialah mengenai gangguan pengiriman jagung dan kedelai dari Brasil. Serikat buruh pelabuhan di Brasil sejak bulan Maret melakukan aksi mogok kerja terkait dengan aksi demonstrasi kenaikan upah kerja harian. Alhasil selama 3 pekan pengiriman kedelai dan jagung dari Brasil mengalami penundaan. Sebanyak 73 kapal pengangkut dengan kapasitas masing-masing 1000 ton yang terisi kedua komoditi tersebut tidak dapat berlayar ke negara-negara importir. Dampak dari aksi mogok kerja pekerja pelabuhan di Brasil berdampak pada beralihnya permintaan importir kepada jagung AS, seperti yang dilakukan oleg China yang akhirnya beralih mengimpor 700 ribu ton jagung asal Amerika Serikat untuk bulan Maret.
PERGERAKAN KEDELAI
Terganggunya Pasokan dari Brasil
Selain cuaca, satu hal yang cukup menjadi fokus tersendiri bagi harga jagung dan kedelai ialah mengenai gangguan pengiriman jagung dan kedelai dari Brasil. Serikat buruh pelabuhan di Brasil sejak bulan Maret melakukan aksi mogok kerja terkait dengan aksi demonstrasi kenaikan upah kerja harian. Alhasil selama 3 pekan pengiriman kedelai dan jagung dari Brasil mengalami penundaan. Sebanyak 73 kapal pengangkut dengan kapasitas masing-masing 1000 ton yang terisi kedua komoditi tersebut tidak dapat berlayar ke negara-negara importir. Dampak dari aksi mogok kerja pekerja pelabuhan di Brasil berdampak pada beralihnya permintaan importir kepada jagung AS, seperti yang dilakukan oleg China yang akhirnya beralih mengimpor 700 ribu ton jagung asal Amerika Serikat untuk bulan Maret.
PERGERAKAN KEDELAI
Kenaikan Ekspor dan Ekstensifikasi Pertanian AS
Pada bulan Maret ini, sektor pertanian AS dinilai memiliki prestasi yang cukup baik. Sepanjang bulan Maret, ekspor jagung AS tercatat mengalami kenaikan sebesar 356.677 ton, sedangkan untuk ekspor kedelai mengalami kenaikan 266 juta ton. Naiknya tingkat ekspor jagung tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan dari beberapa negara importir, terutama China yang sedang membutuhkan pasokan ekstra guna diperuntukan sebagai bahan baku pakan ternak. Disaat yang bersamaan Departemen Pertanian AS memprediksi bahwa produksi jagung global untuk tahun ini diperkirakan akan mencapai 117,5 juta ton atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 118 juta ton. Padahal jumlah permintaan akan terus meningkat pada negara-negara importir. Oleh karena itu, pemerintah AS akan menyiapkan kebijakan perluasan lahan perkebunan jagung di AS guna mengakomodasi besarnya permintaan pasar.
Kondisi Harga Jagung dan Kedelai Lokal
Positifnya harga jagung di pasar global rupanya tidak berbanding lurus dengan harga jagung lokal yang justru mengalami penurunan ke kisaran level Rp 1500 – Rp 2000 per kilogram. Melemahnya harga jagung tidak terlepas dari adanya panen jagung yang berlangsung pada bulan Februari . Beberapa daerah yang telah melakukan panen jagung diantaranya ialah Dompu, Nusa Tenggara Barat dan Tanah Karo, Sumatera Utara. Akibatnya potensi menumpuknya persediaan jagung di pasar tidak dapat dibendung lagi. Padahal stok jagung impor yang dikirim bulan Desember lalu masih tersedia sebanyak 600 ribu ton. Para pelaku pasar berharap bahwa penurunan harga jagung lokal dapat segera ditangani oleh pemerintah selaku pemegang regulasi. Rencana pemerintah yang akan mengimpor 2,5 juta ton jagung pada tahun ini diharapkan dapat dikaji ulang. Pengkajian ulang kebijakan tersebut juga harus dibarengi oleh rencana pemerintah untuk menaikan ekspor jagung ke negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.
Kondisi yang tidak menguntungkan juga terjadi pada pasar kedelai dalam negeri. Ketergantungan terhadap kedelai impor kembali memberikan tekanan bagi para penjual tempe/tahu dan konsumen. Kenaikan harga kedelai global memberikan imbas kepada kenaikan harga kedelai impor yang di pertengahan bulan Maret ini sebesar Rp 300 – Rp 500 menjadi Rp 7000 – Rp 7500 per kilogram. Para penguasaha temped an tahu di Jawa Tengah mulai khawatir akan kenaikan harga tersebut meski permintaan untuk saat ini masih cenderung stabil. Keterbatasan stok persediaan yang hanya sebesar 50 ribu ton untuk bulan ini dinilai sangat riskan mengingat kebutuhan kedelai dalam negeri pertahun hanya mencapai 2,3 juta ton.
Pada bulan Maret ini, sektor pertanian AS dinilai memiliki prestasi yang cukup baik. Sepanjang bulan Maret, ekspor jagung AS tercatat mengalami kenaikan sebesar 356.677 ton, sedangkan untuk ekspor kedelai mengalami kenaikan 266 juta ton. Naiknya tingkat ekspor jagung tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan dari beberapa negara importir, terutama China yang sedang membutuhkan pasokan ekstra guna diperuntukan sebagai bahan baku pakan ternak. Disaat yang bersamaan Departemen Pertanian AS memprediksi bahwa produksi jagung global untuk tahun ini diperkirakan akan mencapai 117,5 juta ton atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 118 juta ton. Padahal jumlah permintaan akan terus meningkat pada negara-negara importir. Oleh karena itu, pemerintah AS akan menyiapkan kebijakan perluasan lahan perkebunan jagung di AS guna mengakomodasi besarnya permintaan pasar.
Kondisi Harga Jagung dan Kedelai Lokal
Positifnya harga jagung di pasar global rupanya tidak berbanding lurus dengan harga jagung lokal yang justru mengalami penurunan ke kisaran level Rp 1500 – Rp 2000 per kilogram. Melemahnya harga jagung tidak terlepas dari adanya panen jagung yang berlangsung pada bulan Februari . Beberapa daerah yang telah melakukan panen jagung diantaranya ialah Dompu, Nusa Tenggara Barat dan Tanah Karo, Sumatera Utara. Akibatnya potensi menumpuknya persediaan jagung di pasar tidak dapat dibendung lagi. Padahal stok jagung impor yang dikirim bulan Desember lalu masih tersedia sebanyak 600 ribu ton. Para pelaku pasar berharap bahwa penurunan harga jagung lokal dapat segera ditangani oleh pemerintah selaku pemegang regulasi. Rencana pemerintah yang akan mengimpor 2,5 juta ton jagung pada tahun ini diharapkan dapat dikaji ulang. Pengkajian ulang kebijakan tersebut juga harus dibarengi oleh rencana pemerintah untuk menaikan ekspor jagung ke negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.
Kondisi yang tidak menguntungkan juga terjadi pada pasar kedelai dalam negeri. Ketergantungan terhadap kedelai impor kembali memberikan tekanan bagi para penjual tempe/tahu dan konsumen. Kenaikan harga kedelai global memberikan imbas kepada kenaikan harga kedelai impor yang di pertengahan bulan Maret ini sebesar Rp 300 – Rp 500 menjadi Rp 7000 – Rp 7500 per kilogram. Para penguasaha temped an tahu di Jawa Tengah mulai khawatir akan kenaikan harga tersebut meski permintaan untuk saat ini masih cenderung stabil. Keterbatasan stok persediaan yang hanya sebesar 50 ribu ton untuk bulan ini dinilai sangat riskan mengingat kebutuhan kedelai dalam negeri pertahun hanya mencapai 2,3 juta ton.
0 komentar:
Posting Komentar